Tenang saja Nak, tidak usah risih dengan apa yang engkau kerjakan saat ini. Karena, cikal keberanian untuk menantang kerasnya hidup telah engkau miliki. Sungguh, engkau tak seperti kebanyakan anak lain yang seusia denganmu -di negeri ini-.
Teruslah berusaha, gigitlah kuat-kuat sifat jujur dan pantang meminta kepada manusia. Syahdan harus kau gunakan grahammu untuk mencengkeramnya, maka tetaplah cengkeram ia semampu yang engkau dapat. Karena, dengannya engkau akan tetap mulia di hadapan Sang Penguasa Semesta.
Tenang saja Nak, tidak usah merasa rendah diri dengan keadaanmu saat ini. Karena, di luar sana, masih ada sekian manusia jebolan universitas ternama yang rela menggadaikan akhirat demi dunia yang tak seberapa. Benar Nak, di luar sana masih ada manusia-manusia berdasi yang piawai sekali menuai dusta demi uang yang tak seberapa (dibanding dengan nikmat di surga).
Teruslah jaga kedekatamu dengan Sang Penguasa Semesta, karena denganya engkau akan tetap mulia.
Benar Nak, di luar sana masih ada sekian manusia berdasi lulusan universitas ternama yang rela meninggalkan shalat demi duit dan meeting rutinnya. Bahkan, dalam pandangan orang-orang berdasi itu, mereka yang taat menjalankan ibadah adalah mahluk asing yang datang entah dari mana. Mereka yang taat beribadah adalah spesies mahluk teraneh yang baru ditemukannya. Padahal status mereka adalah seorang muslim (di KTP-nya).
Dan bankan lagi Nak, masih ada sebagian dari mereka yang dengan bangga mengaku sudah tujuh belas tahun tidak pernah shalat. Mereka punya mobil Nak, mereka berstrata pendidikan tinggi Nak. Tapi sayang kehormatan mereka sungguh tak jauh lebih tinggi daripadamu Nak.
Nak, aku banyak belajar dari ketegaranmu dalam menantang kerasnya dunia. Engkau mengajariku tentang arti penting sebuah kesyukuran. Nampaknya engkau terhina, padahal hidupmu sungguh mulia dan merdeka.
Terakhir Nak, semoga kelak, engkau akan muncul sebagi sosok pemimpin mulia di negara kita ini.
Kampung Orang, 18.09.2013.
0 komentar