Jumat, 21 Juli 2017

Surat Cinta untuk Putriku, Hafshah Shahibatul Izzah


Nak, kuhadiahkan nama ini untukmu dengan segenap harapan agar engkau bisa meneladani segala kebaikan dan keutamaan yang ada pada diri Hafshah binti Umar bin Khattab radhiallahu ‘anha.
Di antara istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dialah Hafshah binti Umar, satu-satunya istri Rasulullah yang dikenal piawai dalam membaca dan menulis. Padahal, dua kepiawaian ini tidaklah lazim dimiliki oleh seorang perempuan di zaman itu. Hingga karena kepiawaiannya dalam membaca dan menulis inilah, khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu memintanya untuk mengumpulkan Al-Qur’an sekaligus menyimpan dan memeliharanya. Mushaf asli Al-Qur’an itu ada di rumah Hafshah hingga beliau meninggal.
Maka duhai putriku, teladanilah Hafshah binti Umar dalam hal kepandaiannya dan dalam hal kecintaannya terhadap Al-Qur’an.
Hafshah binti Umar dibesarkan dengan model pendidikan sang ayah, Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Kau tahu Nak, bagaimana sifat Umar bin Khattab? Saking kerasnya beliau, setan pun tak kuasa menggodanya. Jangankan sampai menggoda, baru melihatnya saja sudah langsung lari tunggang langgang lintang pukang. Hingga tak pelak, sifat-sifat sang ayah yang dikenal berkarakter kuat, berpendirian teguh, tegas, dan tak kenal rasa takut itu pun terwariskan kepada Hafshah. Bunda Aisyah radhiallahu ‘anha menyebut Hafshah dengan “putri ayahnya”, hal ini menandakan bahwa sifat Hafshah tidak jauh berbeda dengan sang ayah, Umar Al-Faruq.
Maka duhai putriku, teladanilah Hafshah binti Umar dalam hal kepribadiannya. Jadilah engkau orang yang berpendirian teguh, tegas, dan tak kenal rasa takut. Peganglah dengan kuat kebenaran dan perjuangkanlah ia. Apakah yang aku maksudkan dengan kebenaran di sini Nak? Kebenaran yang aku maksudkan di sini tak lain dan tak bukan adalah Islam. Genggamlah ia dengan kuat hingga engkau purna menjalankan peran kehambaanmu di dunia ini.  Wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun. Dan janganlah sekali-kali engkau mati kecuali dalam keadaan berislam (muslim) (QS. Ali-Imran: 102).
Berwelas asihlah terhadap sesama dan jalinlah persahabatan dengan orang-orang shalih nan mulia. Orang-orang shalih yang hidupnya senantiasa dekat dengan kemuliaan. Siapakah yang aku maksudkan dengan orang-orang mulia di sini Nak? Orang-orang mulia yang aku maksudkan di sini tak lain dan tak bukan adalah mereka yang bertaqwa. Karena begitulah Allah ta’ala kabarkan kepada kita; bahwa orang paling mulia dalam pandangan Allah adalah mereka yang paling bertaqwa (QS. Al-Hujurat: 13). Makna taqwa adalah—sebagaimana  bisa kita simpulkan dari percakapan anatara Ubay bin Ka’ab dengan Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhum (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Baqarah: 2)—laksana seseorang  yang berjalan di jalanan yang banyak durinya. Karena di jalanan yang dilewatinya ada banyak duri, maka ia akan senantiasa berhati-hati agar kakinya tidak menginjak duri. Begitulah orang yang hidup dalam ketaqwaan, hidupnya akan senantiasa berhati-hati.
Jaga dirimu dan juga ‘izzah-mu.  Zaman di mana engkau hidup dan menjalankan peran kehambaanmu nanti bisa jadi akan jauh berbeda dengan zaman orang tuamu hidup hari ini. Tantangannya pun bisa jadi akan lebih berat. Di saat itu, tetaplah jaga dirimu, harga dirimu, dan juga kemuliaanmu. Karena engkau adalah perempuan yang memiliki harga diri dan juga dekat dengan kemuliaan. Maka wahai putriku, setelah Hafshah, kulengkapi namu dengan Shahibatul Izzah. Sehingga namu lengkapmu adalah: Hafshah Shahibatul Izzah. Kutitipkan doa dan harapanku untukmu dalam nama ini Nak. Semoga Allah ta’ala perkenankan doa dan harapan ini. Aamiin.
Hal berikutnya yang perlu engkau ketahui dari Hafshah binti Umar adalah; beliau juga dikenal sebagai seorang zuhud yang senantiasa menjaga puasa dan shalat malamnya. “Kembalilah kepada Hafshah. Sesungguhnya dia wanita yang banyak puasa dan shalat malam, dan dia adalah istrimu kelak di dalam surga.” (HR. Ibnu Sa’ad, Al Hakim, dan Ath-Thabrani). Begitulah Jibril ‘alaihissalam sampaikan kepada Rasulullah tatkala beliau—bersebab alasan tertentumenjauhi istri-istrinya untuk sekian waktu.
Maka duhai anakku, teladanilah Hafshah binti Umar dalam hal keshalihan dan kezuhudannya. Dunia tak boleh membuatmu lupa dengan kampung akhirat. Jadilah engkau seorang ahli qiyam wa shiyam sebagaimana Ibunda Hafshah binti Umar.
Begitulah sedikit berita tentang Hafshah binti Umar yang bisa Abah ceritakan kepadamu, Nak. Tentu, kebaikan-kebaikan beliau tidak cukup berhenti sampai di situ saja. Kelak, jika engkau sudah pandai membaca dan menelaah isi dari setiap bacaan, engkau akan dapati informasi tentang kebaikan-kebaikan Hafshah binti Umar lebih banyak lagi. Maka sekali lagi wahai putriku, jadikanlah kebaikan-kebaikannya sebagai sumber inspirasi bagimu.
Yang terakhir, Abah akan catat namamu di akta kelahiran dengan nama: Hafshah Shahibatul Izzah. Jika kau ingin tahu bagaimana cara penulisan namamu yang paling benar, maka rujuklah ia kepada bahasa aslinya; bahasa Arab. Cara penulisan namamu yang paling benar adalah: حفصة صاحبة العزة
Allaahu ta’ala a’lam
Baarakallaahu fiik

Salam,
Abah dan Ummi yang mencintaimu.
Tangerang Selatan, 27 Syawal 1438H | 21 Juli 2017
Sehari sebakda engkau diaqiqahi :)
---

Rujukan:
Al-Muthawwa’, Jasim Muhammad, Prof. Menelusuri Kamar-Kamar Rasulullah, Solusi Alternatif Problem Keluarga Modern : Penerjemah, Lula Mas’ud, Muhammad Kastawi. Jakarta: Maghfirah Pustaka 2006.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Journey Notes
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top