Seorang tua di tatar
Sunda yang sedang menggembalakan bebeknya di sawah akan berujar, “Jang,
geura balik, geus burit!”, (Jang, segera pulang sono, udah sore!) jika
ia melihat seorang anak lelaki sedang bermain layang-layang di pematang sawah sampai
lupa waktu.—Muqadimah
---
Burit (halusnya sonten)
adalah salah satu kata unik (sebetulnya biasa aja sih, hehe) yang berasal dari bahasa
Sunda. Artinya adalah sore, atau yang paling tepat adalah petang.
Kata tersebut menjadi populer di seantero Indonesia jika ditambah dengan awalan
‘nga-‘ dan sebelum kata burit disematkan juga
sebuah artikel ‘bu-‘; ga tau artikel atau apa dah
bahasanya, pokoknya yang gituan dah, hehe. Maka, jika semuanya digabung, jadilah ia
sebuah istilah baru yang lebih unik lagi, yaitu ngabuburit. Artinya
adalah menunggu sore, atau yang paling tepat adalah menunggu petang.
Kenapa kok petang hari pake ditunggu-tunggu segala? Yup, karena di penghujung petanglah matahari akan terbenam. Terbenamnya matahari mendakan tibanya waktu shalat magrib dan juga waktu berbuka puasa bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa. Jadi, tujuan utama dari ngabuburit itu sebetulnya adalah untuk menunggu waktu berbuka puasa.
Kenapa kok petang hari pake ditunggu-tunggu segala? Yup, karena di penghujung petanglah matahari akan terbenam. Terbenamnya matahari mendakan tibanya waktu shalat magrib dan juga waktu berbuka puasa bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa. Jadi, tujuan utama dari ngabuburit itu sebetulnya adalah untuk menunggu waktu berbuka puasa.
Sesuatu yang ditunggu itu pasti
akan sangat melegakan hati tatkala ianya sudah tiba di hadapan sang penunggu. Tidak
hanya melegakan hati, bahkan sang penunggu akan merasakan kebahagiaan tiada
tara tatkala sesuatu yang ditunggunya itu sudah tepat berada di hadapannya. Sang
penunggu akan merasa lebih berbahagia lagi tatkala sesuatu yang ditunggu itu
telah berdada di dalam ‘genggaman tangannya’, sesuatu yang ditunggu itu telah
bersama-sama dengannya.
Berbuka puasa; inilah kebahagian
pertama yang dirasakan oleh mereka yang melaksanakan ibadah puasa. Amatilah
kegirangan anak-anak TPA yang terjadi saat adzan magrib mulai dikumandangkan,
itulah kebahagiaan. Meskipun ustadz dan ustadzahnya tidak ikut-ikutan berteriak
girang, tapi saya yakin, mereka juga sama
bahagianya dengan ade-ade TPA-nya.
Ngabuburit itu sangat
mungkin bisa kita isi dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat semacam ngajar
anak-anak TPA, bakti sosial, ngaderes Al-Qur’an, ikut kajian
rutin menjelang buka, baca buku yang baik, garap skripsi, memperbanyak
istigfar (di dalam sunyi ataupun di dalam keramaian), dan lain-lain.
Tapi, ianya bisa juga kita isi
dengan aktivitas-aktivitas tidak bermutu semacam nonton acara gosip di televisi,
jalan-jalan ke Malioboro (yang ini mah agak subjektif → menurut saya) atau tempat yang serupa
dengannya, nonton acara lawak sampai tertawa terpingkal-pingkal, bercanda yang
keterlaluan dengan teman, ngegosip, keseringan tidur, dan lain-lain. Ah sayang
kan? Pahala sedang diobral, tapi kita malah disibukan dengan aktivitas yang tidak
ada manfaatnya. Bukan sekedar tanpa manfaat, bahkan bisa jadi membuahkan dosa.
Semuanya kembali kepada ‘sang
penunggu petang’. Silahkan dipilih, mau penantian yang banyak manfaatnya atau
penantaian yang berjibun mudharatnya. Yang jelas, kebahagiaan hanya akan
didapat jika penantian datangnya petang itu diisi dengan aktivitas yang jelas
manfaatnya. Aktivitas yang gak bermanfaan pun masih memungkinkan akan dapat mendatangkan
kebahagiaan di saat berbuka. Paling gak, sang penunggu akan merasa bahagia
karena terbebas dari cengkraman lapar dan haus, cukup, cuma sampai di sini. Rasa
bahagia akan terhenti di saat perut sudah merasakan kenyang. Apa hanya ini yang
ingin didapat dari puasa?
Padahal, ada lagi satu
kebahagiaan luar biasa yang tidak didapatkan saat berbuka. Kebahagiaan itu
adalah kebagaian kedua yang akan didapatkan di surga kelak, hanya di
surga. Kebahagian tiada duanya yang akan dirasakan saat Allah Ta’ala menampakkan
wajah-Nya kepada ‘sang penunggu petang’. Inilah ganjaran bagi mereka yang benar
puasanya. Inilah ganjaran yang akan dipersembahkan kepada mereka yang
senantiasa mengisi penantiannya dengan aktivitas ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Allahu Ta’ala a’lam.
Allahu Ta’ala a’lam.
Yk.01.08.2012
0 komentar