Nak,
kuhadiahkan nama ini untukmu dengan segenap harapan agar engkau bisa meneladani
segala kebaikan dan keutamaan yang ada pada diri Hafshah binti Umar bin
Khattab radhiallahu ‘anha.
Di antara istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dialah
Hafshah binti Umar, satu-satunya istri Rasulullah yang dikenal piawai dalam
membaca dan menulis. Padahal, dua kepiawaian ini tidaklah lazim dimiliki oleh
seorang perempuan di zaman itu. Hingga karena kepiawaiannya dalam membaca dan
menulis inilah, khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu memintanya untuk mengumpulkan Al-Qur’an sekaligus
menyimpan dan memeliharanya. Mushaf asli Al-Qur’an itu ada di rumah Hafshah
hingga beliau meninggal.
Maka duhai putriku, teladanilah Hafshah
binti Umar dalam hal kepandaiannya dan dalam hal kecintaannya terhadap
Al-Qur’an.
Hafshah binti Umar dibesarkan
dengan model pendidikan sang ayah, Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Kau tahu Nak, bagaimana sifat Umar bin Khattab? Saking
kerasnya beliau, setan pun tak kuasa menggodanya. Jangankan sampai menggoda, baru
melihatnya saja sudah langsung lari tunggang langgang lintang pukang. Hingga
tak pelak, sifat-sifat sang ayah yang dikenal berkarakter kuat, berpendirian
teguh, tegas, dan tak kenal rasa takut itu pun terwariskan kepada Hafshah.
Bunda Aisyah radhiallahu ‘anha
menyebut Hafshah dengan “putri ayahnya”, hal ini menandakan bahwa sifat Hafshah
tidak jauh berbeda dengan sang ayah, Umar Al-Faruq.
Maka duhai putriku, teladanilah
Hafshah binti Umar dalam hal kepribadiannya. Jadilah engkau orang yang berpendirian
teguh, tegas, dan tak kenal rasa takut. Peganglah dengan kuat kebenaran dan
perjuangkanlah ia. Apakah yang aku maksudkan dengan kebenaran di sini Nak? Kebenaran
yang aku maksudkan di sini tak lain dan tak bukan adalah Islam. Genggamlah ia
dengan kuat hingga engkau purna menjalankan peran kehambaanmu di dunia ini. Wa laa
tamuutunna illaa wa antum muslimuun. Dan janganlah sekali-kali engkau mati
kecuali dalam keadaan berislam (muslim) (QS.
Ali-Imran: 102).
Berwelas asihlah terhadap sesama
dan jalinlah persahabatan dengan orang-orang shalih nan mulia. Orang-orang
shalih yang hidupnya senantiasa dekat dengan kemuliaan. Siapakah yang aku
maksudkan dengan orang-orang mulia di sini Nak? Orang-orang mulia yang aku
maksudkan di sini tak lain dan tak bukan adalah mereka yang bertaqwa. Karena
begitulah Allah ta’ala kabarkan
kepada kita; bahwa orang paling mulia dalam pandangan Allah adalah mereka yang paling
bertaqwa (QS. Al-Hujurat: 13). Makna taqwa adalah—sebagaimana bisa kita simpulkan dari percakapan anatara Ubay
bin Ka’ab dengan Umar bin Khattab radhiallahu
‘anhum (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Baqarah: 2)—laksana seseorang yang berjalan di jalanan yang banyak durinya. Karena
di jalanan yang dilewatinya ada banyak duri, maka ia akan senantiasa
berhati-hati agar kakinya tidak menginjak duri. Begitulah orang yang hidup
dalam ketaqwaan, hidupnya akan senantiasa berhati-hati.
Jaga dirimu dan juga ‘izzah-mu. Zaman di mana engkau hidup dan menjalankan
peran kehambaanmu nanti bisa jadi akan jauh berbeda dengan zaman orang tuamu hidup
hari ini. Tantangannya pun bisa jadi akan lebih berat. Di saat itu, tetaplah
jaga dirimu, harga dirimu, dan juga kemuliaanmu. Karena engkau adalah perempuan
yang memiliki harga diri dan juga dekat dengan kemuliaan. Maka wahai putriku,
setelah Hafshah, kulengkapi namu dengan
Shahibatul Izzah. Sehingga namu
lengkapmu adalah: Hafshah Shahibatul
Izzah. Kutitipkan doa dan harapanku untukmu dalam nama ini Nak. Semoga
Allah ta’ala perkenankan doa dan
harapan ini. Aamiin.
Hal berikutnya yang perlu engkau
ketahui dari Hafshah binti Umar adalah; beliau juga dikenal sebagai seorang zuhud
yang senantiasa menjaga puasa dan shalat malamnya. “Kembalilah kepada Hafshah. Sesungguhnya dia wanita yang banyak puasa
dan shalat malam, dan dia adalah istrimu kelak di dalam surga.” (HR. Ibnu
Sa’ad, Al Hakim, dan Ath-Thabrani). Begitulah Jibril ‘alaihissalam sampaikan kepada Rasulullah tatkala beliau—bersebab alasan tertentu—menjauhi
istri-istrinya untuk sekian waktu.
Maka duhai anakku, teladanilah
Hafshah binti Umar dalam hal keshalihan dan kezuhudannya. Dunia tak boleh
membuatmu lupa dengan kampung akhirat. Jadilah engkau seorang ahli qiyam wa shiyam sebagaimana Ibunda
Hafshah binti Umar.
Begitulah sedikit berita tentang
Hafshah binti Umar yang bisa Abah ceritakan kepadamu, Nak. Tentu,
kebaikan-kebaikan beliau tidak cukup berhenti sampai di situ saja. Kelak, jika
engkau sudah pandai membaca dan menelaah isi dari setiap bacaan, engkau akan dapati
informasi tentang kebaikan-kebaikan Hafshah binti Umar lebih banyak lagi. Maka
sekali lagi wahai putriku, jadikanlah kebaikan-kebaikannya sebagai sumber
inspirasi bagimu.
Yang terakhir, Abah akan catat
namamu di akta kelahiran dengan nama: Hafshah Shahibatul Izzah. Jika kau ingin
tahu bagaimana cara penulisan namamu yang paling benar, maka rujuklah ia kepada
bahasa aslinya; bahasa Arab. Cara penulisan namamu yang paling benar adalah: حفصة صاحبة العزة
Allaahu
ta’ala a’lam
Baarakallaahu
fiik
Salam,
Abah
dan Ummi yang mencintaimu.
Tangerang
Selatan, 27 Syawal 1438H | 21 Juli 2017
Sehari
sebakda engkau diaqiqahi :)
---
Rujukan:
Rujukan:
Al-Muthawwa’, Jasim Muhammad,
Prof. Menelusuri Kamar-Kamar Rasulullah, Solusi
Alternatif Problem Keluarga Modern : Penerjemah, Lula Mas’ud, Muhammad
Kastawi. Jakarta: Maghfirah Pustaka 2006.
0 komentar